Dalam suatu riwayat diceritakan bahawa
ada seorang Badui mendatangi Nabi s.a.w. Orang Badui berkata, “Wahai
Rasulullah, aku keluar rumah dengan maksud berhaji, tetapi aku tidak sempat
mengerjakannya karena waktunya sudah lewat, padahal aku sudah berihram. Maka
suruhlah aku melakukan sesuatu yang dengannya aku dianggap mengerjakan haji
atau pahalanya seperti pahala haji.”
Nabi s.a.w. menatap orang itu, lalu
berkata kepadanya, “Lihatlah gunung Qubais itu. Meskipun engkau memiliki emas
merah sebesar gunung itu, lalu engkau infakkan di jalan Allah, maka pahalanya
tetap tidak akan setara dengan pahala haji.”
Beliau s.a.w. melanjutkan, “Orang yang
akan mengerjakan haji dan telah mengemas barang-barang perbekalannya, maka setiap
kali ia mengangkat sesuatu (dari barang-barang itu) atau meletakkannya, maka
Allah S.W.T. mencatat sepuluh kebaikan baginya, menghapus sepuluh keburukan
darinya, serta mengangkatnya sepuluh darjat (kemuliaan). Ketika ia mengendarai
untanya, maka setiap kali unta melangkahkan kakinya, maka Allah S.W.T.
mencatatkan bagi pengendaranya hal yang sama (yakni mencatat sepuluh kebaikan,
menghapus sepuluh keburukan, serta mengangkat sepuluh darjat). Ketika ia tawaf
di Baitullah, ia telah terbebas dari dosa-dosanya. Begitu pula ketika ia saĂ
antara Shafa dan Marwah, ia keluar menjauh dari dosa-dosanya. Ketika ia
menginap (mabit) di Masyáril Haram (Muzdalifah), saat itu pula ia keluar dari
dosa-dosanya. Ketika melempar jumrah, saat itu pula ia keluar dari dosa-dosanya.”
Kemudian Nabi s.a.w. berkata kepada
orang Badui tersebut, “Bagaimana kamu bias menyamai pahala yang sama dengan
pahalanya orang yang berhaji.”
@SELAMAT MENYAMBUT
HARI RAYA KORBAN@
0 comments:
Post a Comment